Rehabiltiasi Lahan Dengan Penerapan Konservasi Tanah dan Air

 



Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga

Kegiatan rehabilitasi dapat dilakukan dengan teknik konservasi tanah dan air yaitu baik secara teknik sipil ataupun dengan vegetatif


Konservasi Tanah dan Air Secara Sipil Teknis

Banyak cara konservasi tanah dan air yang tergolong ke dalam pengendalian erosi secara sipil teknis, tetapi yang sering dilakukan oleh petani hanya beberapa saja, yaitu teras gulud dan teras bangku karena membutuhkan biaya yang cukup terjangkau. Tetapi saat ini dengan adanya program dari pemerintah yang tujuanya adalah untuk lebih mempertajam dalam kegiatan rehabilitasi lahan maka saat ini juga sudah dilaksanakan pembangunan dam penahan dan small gully plug. 

A.  Teras gulud

Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air pada bagian lereng atasnya. Teras gulud dapat difungsikan sebagai

pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA). 

  Gambar 3. Sketsa Teras gulud

       a.   Persyaratan

•     Cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga digunakan pada kemiringan 40-60%, namun kurang efektif.

•     Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm), tetapi mampu meresapkan air dengan cepat.

b.   Pembuatan dan pemeliharaan

•     Buat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval vertical) yang diinginkan.

•     Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya.

•     Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1- 0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air.

•     Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan.

•     Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum notatum, bebe (Brachiaria brizanta), bede (Brachiaria decumbens), atau akarwangi (Vetiveria zizanioides) agar guludan tidak mudah rusak.

•     Diperlukan SPA yang diperkuat rumput Paspalum notatum agar aman.


      B.  Teras bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga.  Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam, dan teras irigasi (lihat gambar).

Teras bangku datar adalah teras bangku yang bidang olahnya datar (membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal).

Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli.

Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi.


Gambar 4. Sketsa Macam-macam Teras Bangku

 a.   Persyaratan

•     Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng 60% dan >40 cm kalau lereng 10%.

•     Tanah stabil, tidak mudah longsor.

•     Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi tinggi.

•     Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.

•     Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.

b.   Cara pembuatan teras bangku

•     Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan.

•     Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).

•     Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.

•     Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak. Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll.

•     Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.

•     Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatan rorak bisa dilakukan dalam saluran teras atau saluran pengelak.

•     Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam

•     Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum dan bangunan terjunan air.

 c.   Pemeliharaan

Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk dijadikan pakan ternak.


TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR SECARA VEGETATIF

Beberapa teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan erosi dapat ditempuh melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.

         A.    Pertanaman lorong

Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.

Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.

Gambar 5. Sketsa Penampang Teras Lorong/Kredit

      a.   Persyaratan

•     Kelerengan 3-40% dan kedalaman tanah > 20 cm.

•     Cocok untuk tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang.

      b.   Pembuatan dan pemeliharaan

•     Jarak antara barisan tanaman pagar ditentukan oleh kemiringan lahan dan kemampuan tanaman pagar menyediakan bahan organik. Aturan yang umum digunakan adalah dengan memilih IV sekitar 1-1,5 m tetapi untuk kemiringan lahan 3-10%, IV diatur dengan jarak antara 0,3-1,0 m (jarak antar baris tanaman pagar tidak lebih dari 10 m). Hal ini dimaksudkan agar bahan organic yang disumbangkan tanaman pagar cukup banyak jumlahnya.

•     Biasanya pada lereng bawah dari tanaman pagar yang berbentuk perdu, ditanami rumput yang tahan naungan. Penanaman rumput sejajar dengan barisan tanaman perdu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas menahan erosi karena jika hanya perdu, masih sering terjadi erosi.

•     Tanaman pagar dipangkas secara berkala (terutama bila tanaman pagar mulai menaungi tanaman pokok) dan bahan hijauannya digunakan sebagai mulsa atau pakan ternak. Apabila bahan hijauan digunakan untuk pakan ternak maka pupuk kandang yang dihasilkan dikembalikan untuk memupuk tanaman pokok agar kesuburan lahan dapat dipertahankan.

c.   Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar

•     Dapat tumbuh dengan cepat dan apabila dipangkas secara berkala dapat cepat bertunas kembali.

•     Menghasilkan banyak bahan hijauan.

•     Dapat menambat nitrogen dari udara (jenis leguminosa) sehingga baik untuk pupuk hijau.

•     Tingkat persaingan terhadap unsur hara dan air dengan tanaman pokok relatif rendah.

•     Memiliki perakaran vertikal yang kuat dan dalam. Tanaman pagar yang mempuyai penyebaran akar lateral (menyebar pada lapisan permukaan tanah) akan sangat menyaingi tanaman pokok.

•     Tidak bersifat alelopatik (mengeluarkan zat racun) terhadap tanaman pokok tetapi akan sangat ideal apabila tanaman pagar bersifat alelopatik terhadap hama dan gulma.

•     Supaya mudah diterima petani, sebaiknya tanaman pagar mempunyai manfaat ganda yaitu disamping sebagai penahan erosi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak, menghasilkan buah atau untuk kayu bakar.

B.  Silvipastura

Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela            tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.

 

Persyaratan

•     Terutama untuk lereng agak curam dan curam.

•     Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan keinginan petani. Jika tidak, akan mematikan motivasi petani menanam dan memelihara tanaman sampai menghasilkan.

                                       ¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥


        ♣  =  tanaman pangan

        ♠   =  Albizia

        ¥   =  rumput pakan ternak


      C.  Strip Rumput

Strip rumput, hampir sama dengan sistem pertanaman lorong, dibuat mengikuti kontur (sabuk gunung) dan lebar strip 0,5 m atau lebih, dimaksudkan untuk mengurangi erosi dan penyedia pakan ternak.

 a.   Persyaratan

•     Terutama bagi rumah tangga yang memiliki ternak ruminansia.

•     Cocok untuk daerah beriklim kering maupun daerah beriklim basah.

•     Jenis rumput yang digunakan mempunyai penyebaran perakaran vertikal yang dalam sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah.

•     Jenis rumput yang tahan naungan dan kekeringan.

•     Mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada tanah yang tidak    subur.

•     Sangat baik jika memberikan efek alelopati terhadap hama. Contohnya, aroma yang dihasilkan vetiver dapat mengusir tikus.

 b.   Penanaman dan pemeliharaan

•     Rumput ditanam menurut kontur terdiri dari 3 barisan rumput atau lebih dengan jarak antara barisan 20 cm.

•     Lebar strip rumput 0,5 m atau lebih.

•     Jarak antara strip rumput tergantung IV yang diinginkan dan HI bervariasi dari 2,5 m untuk kemiringan 60% sampai 40 m untuk kemiringan 5%.

•     Jika ditanam dari biji memerlukan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan dari stek/tunas hidup/bonggol.


D.  Pemberian Bahan Mulsa

Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.

Fungsi lain mulsa adalah :

•     Jika sudah melapuk dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga air lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman, dan memperkuat agregat tanah.

•     Mengurangi kecepatan serta daya kikis aliran permukaan.

•     Mengurangi evaporasi, memperkecil fluktuasi suhu tanah, meningkatkan jumlah pori aerasi sebagai akibat meningkatnya kegiatan jasad hidup di dalam tanah dan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.

•     Menyediakan sebagian zat hara bagi tanaman.

•   Dianjurkan menggunakan 6 ton mulsa/ha/tahun atau lebih. Bahan mulsa yang paling mudah didapatkan adalah sisa tanaman.

•     Mulsa diberikan dengan jalan menyebarkan bahan organik secara merata di permukaan tanah.

•     Bahan mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti jerami padi dan batang jagung.

•     Mulsa dapat juga diberikan ke dalam lubang yang dibuat khusus dan disebut sebagai mulsa vertikal.

 


0 Response to "Rehabiltiasi Lahan Dengan Penerapan Konservasi Tanah dan Air"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel