Metamorfose Kelompok Tani Hutan di Era Informasi



Zaman Informasi adalah sebuah periode sejarah pada permulaan abad ke-20 dan dikarakterisasikan oleh peralihan cepat dari industri tradisional yang dibawa Revolusi Industri melalui industrialisasi ekonomi yang utamanya berbasis pada teknologi informasi. Wikipedia
      
Dengan mudahnya orang melakukan segala hal di era informasi mengharuskan kita yang hidup di jaman ini mau tidak mau harus ikut terlibat di dalamnya. Di tengah semaraknya era digital saat ini, bidang pertanian seperti tertinggal jauh daripada bidang-bidang industri yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan tingkat melek teknologi mayoritas petani Indonesia masih rendah. Usia petani Indonesia yang didominasi oleh kalangan orang tua menjadikan petani kesulitan dalam mengikuti perkembangan teknologi. Masih jarang pemuda yang mau bergelut di bidang pertanian. Pertanian di benak anak muda adalah sesuatu yang dinilai kurang menjanjikan.


Selain permasalahan pelakunya, permasalahan lain yang perlu diperhatikan adalah terkait penanganan pasca panen yang masih kurang baik sehingga mengakibatkan harga yang tidak stabil. Masih banyak petani yang pada akhirnya tidak bisa menjual hasil pertaniannya dengan harga yang sebanding dengan keringat mereka. Berbanding terbalik dengan para pedagang/tengkulak yang dapat menjual hasil pertanian dengan harga yang menguntungkan. Tidak peduli dengan tinggi atau rendahnya harga, mereka akan selalu dapat mengambil keuntungan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara memutus rantai distribusi yang terlalu panjang dan tentu saja melakukan pengemasan –pengemasan yang baik.

Dengan memanfaatkan era digital, dimana dapat dengan mudah mencari informasi, dengan mudahnya dikenal publik dengan memanfaatkan berbagai social media, maka kelompok harus bisa mengikuti perkembangan di era digital. Memanfaatkannya untuk memperkenalkan kegiatan kelompok, menjual hasil kelompok  ataupun memperkenalkan potensi mereka ke dunia luar sehingga permasalahan-permasalahan terutama masalah penjualan pasca panen dapat diputus mata rantainya.

Akan tetapi hal ini tidak akan bisa terjadi jika mengandalkan para anggota petani yang notabene saat ini adalah rata-rata generasi lama yang kurang melek teknologi, maka haruslah didukung oleh kaum muda sehingga akan tercipta suatu kolaborasi generasi lama yang memiliki kecakapan dalam bercocok tanam dengan generasi muda yang memiliki akses teknologi sebagai agen pemasaran hasil pertanian dalam suatu kelompok.

Hal yang pertama dilakukan adalah dengan mengumpulkan anak-anak muda yang tertarik dengan dunia pertanian. Kelompok kecil pemuda ini mencari petani yang bersedia dipasarkan hasil pertaniannya baik melalui media online maupun offline. Hasil panen dari petani dibeli oleh koperasi dengan harga jual yang lebih tinggi daripada harga tengkulak. Setelah dibeli, hasil pertanian tersebut dikemas dengan kemasan yang menarik sehingga mempunyai nilai lebih yang keuntungannya dapat dikelola untuk pengembangan koperasi. Pemasaran pertanian secara online dapat dilakukan melalui media sosial seperti facebook, instagram, website, maupun youtube. Sedangkan pemasaran secara offline dapat dilakukan di toko yang dimiliki oleh koperasi dengan desain toko yang lebih modern dan unik dibandingkan dengan pasar tradisional ataupun toko sayur dan buah pada umumnya. Apabila petani dan pemuda dapat berkolaborasi, maka saya yakin, hasil pertanian akan meningkat secara drastis dikarenakan harga jual yang tinggi di tingkat petani mendorong petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pun dapat tercapai.

x

0 Response to "Metamorfose Kelompok Tani Hutan di Era Informasi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel