Daur Ulang Baglog Jamur Tiram Menjadi Pupuk Kompos Organik
Limbah
padat baglog jamur saat ini menjadi masalah tersendiri bagi lingkungan bila
dibiarkan menumpuk di sekitar tempat pembudidayaan jamur. Penumpukan dapat
menimbulkan bau dan pencemaran lingkungan. Maka untuk itu limbah-limbah ini
harus mendapat perlakuan agar menjadi sesuatu yang berguna. Untuk menangani
limbah baglog jamur tiram salah satunya adalah dengan diolah menjadi pupuk
kompos organik. Pupuk organik dengan bahan dasar baglog mempunyai kualitas
tinggi, melalui proses dekomposisi oleh berbagai macam mikroba yang sangat
berguna untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktvitas hasil
pertanian (Nazam, 2016). Sebelum membuat pupuk organik berbahan dasar limbah
baglog jamur tiram, maka terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan-bahan yang
dibutuhkan
Cara Membuat Kompos dari Limbah Baglog Jamur
1. Pemilihan
bahan baku
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah anorganik
agar didapat kompos yang bermutu. Selain pemilahan dari bahan-bahan sampah
anorganik bahan baku juga disortir dengan menggunakan pengayak, ini
bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan organik yang masih kasar atau besar.
2. Pengecilan ukuran
Pada dasarnya ukuran dari limbah baglog jamur sudah
sangat kecil, tetapi beberapa limbah baglog ada yang mengalami pengerasan
sehingga perlu dilakukan penghancuran untuk memperkecil ukuan. Proses
pengecilan ukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudahkinerja dekomposer
dalam proses pengomposan.
3. Penimbangan
Penimbangan bahan-bahan dilakukan untuk mengetahui
perbandingan antara bahan dasar dan bahan tambahan yang digunakan. jika
tersedia 1000 kg limbah baglog jamur maka dibutuhkan 40 kg bekatul, 400 kg
kotoran sapi, gula aren ¼ kg (dilarutkan ke dalam 1 ltr air). Ekstrak Mikro
Organisme Lokal (MOL) 2 liter, EM4 350 ml, dan air secukupnya.
4. Pencampuran bahan
Pencampuran jumlah bahan baglog jamur
bahan lainnya seperti kotoran sapi, bekatul (dedak halus), larutan molase dan
Mikro organisme lokal yang telah dibuat sebelumnya, serta EM4. Adapun proses
pencampuran seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Campurkan dengan rata limbah baglog jamur dengan
kotoran sapi dan bekatul/ dedak halus sesuai dengan kombinasi.
5. Penyusunan tumpukan
Bahan
organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran dan pencampuran
dengan komponen bahan-bahan lainya kemudian disusun menjadi tumpukan. Desain
penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang
x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
6. Fermentasi
Permentasi
atau proses pengomposan dilakuakn dengan menutup seluruh tumpukan kompos yang
belum jadi, penutupan ini bertujuan untuk mempercepat atau memaksimalkan
kinerja bakteri pengurai pada saat permentasi atau pengomposan. Proses ini
berlangsung selama 1 bulan.
Adapun
proses fermentasi tersebut seperti yang terlihat pada gambar beriku ini :
7. Pengukuran
suhu dan Pembalikan
Pengontrolan suhu dilakukan 1 kali dalam seminggu, hal
ini bertujuan untuk mengontrolan peningkatan suhu pada bahan-bahan yang
dikomposkan, karena perubahan suhu atau makin meningkatnya suhu pada tumpukan
kompos menandakan kinerja dari baketri pengurai, suhu umumnya akan meningkat
pada minggu pertama mencapai 45-500C dan akan berlangsung beberapa
minggu dan makin lama makin menurun sesuai dengan suhu lingkungan. Selain untuk
mengetahui apakah bakterinya bekerja atau tidak pada saat permentasi,
pengontrolan suhu juga berfungsi untuk mengetahui kompos yang dibuat telah
matang atau masih dalam proses pengomposan. Jika terjadi peningkatan suhu maka
perlu dilakukan pembalikkan. Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan
disetiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran
bahan menjadi partikel kecil-kecil.
8. Penyiraman
a.
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembapan kurang dari 50%).
b.
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
c.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan
kompos harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air,
maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
9. Pematangan :
Setelah pengomposan berjalan 30 hari, suhu tumpukan
akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat
itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada
tahap pematangan selama 14 hari.
10. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel
kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang
tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal
proses. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam
tumpukan yang baru, sedangkan ahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai
residu.
11. Pengemasan
dan penyimpanan
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang
aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
jamur dan benih gulma yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Sumber :
- hunaepi, Iwan Dodi Dharmawibawa, Muhammad Asy’ari. 2018. Limbah Baglog Jamur Menjadi Pupuk Organik. Duta Pustaka Ilmu
0 Response to "Daur Ulang Baglog Jamur Tiram Menjadi Pupuk Kompos Organik"
Post a Comment